Wasathan.com – Di tengah gemerlapnya era digital, kisah Imam Syafi’i dan Imam Malik tetap memberikan inspirasi dan pelajaran berharga tentang tawakkal (bertawakal) kepada Allah dalam mencari rezeki. Cerita ini menjadi semakin relevan dengan perkembangan zaman, di mana teknologi dan kemajuan digital semakin mendominasi kehidupan sehari-hari.
Imam Syafi’i, dengan keyakinannya bahwa rezeki datang dengan bertawakal kepada Allah, mencoba menggambarkan esensi dari kepercayaan tersebut dengan contoh sederhana. Meskipun berbeda pendapat dengan gurunya, Imam Malik, keduanya tetap menghormati dan menghargai sudut pandang masing-masing.
Bagaimana kisah ini dapat kita terapkan dalam konteks era digital?
Pertama-tama, kita dapat melihat bahwa tawakkal bukan berarti hanya duduk santai tanpa melakukan apa pun. Imam Syafi’i tetap berusaha dan terlibat dalam pekerjaan yang ada di sekitarnya, mencerminkan bahwa kita perlu berusaha semaksimal mungkin sambil mempercayai bahwa rezeki datang dari Allah.
Dalam era digital, kita memiliki berbagai peluang untuk berkontribusi dan berusaha. Melibatkan diri dalam dunia online, seperti berpartisipasi dalam proyek-proyek digital, menciptakan konten bernilai, atau mengembangkan keterampilan di bidang teknologi, dapat menjadi cara kita untuk “keluar dari sangkar” dan berusaha.
Kedua, melalui interaksi antara guru dan murid, kita bisa belajar tentang pentingnya menghargai perbedaan pendapat dan meresapi kearifan dari pengalaman orang lain. Dalam era digital, di mana informasi begitu mudah diakses, kita dapat mengambil pelajaran ini ke tingkat lebih tinggi dengan mendengarkan pandangan orang lain melalui platform daring, berpartisipasi dalam diskusi online, dan membangun komunitas yang mendukung pertukaran ide.
Terakhir, seperti yang dinyatakan oleh Imam Malik, kita perlu menyadari bahwa rezeki datang dari Allah tanpa sebab yang pasti. Dalam era digital, di mana persaingan begitu ketat dan tekanan hidup semakin meningkat, kita bisa belajar untuk tidak terlalu khawatir tentang masa depan. Melalui teknologi, kita dapat memanfaatkan peluang dengan bijak, tetapi pada akhirnya, hasilnya tetaplah di tangan Allah.
Dengan menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan kearifan era digital, kita dapat menjalani hidup dengan tawakkal, berusaha dengan sungguh-sungguh, dan merangkul perbedaan dengan penuh penghargaan.
Penulis: Haris Setiaji, M.T.I (Kepala TIPD IAIN Metro)